Profil

Rabu, 25 April 2012

Genghis Khan dan Burung Rajawalinya

Kali ini gw ingin berbagi pengetahuan tentang sebuah buku yang baru selesai gw baca! Buku ini berjudul "Seperti sungai yang mengalir" karya Paulo Coelho yang merupakan penulis kelahiran Rio de Janeiro, Brazil 24 Agustus 1947 yang karya-karyanya paling banyak dibaca diseluruh dunia dan diterjemahkan ke dalam 67 bahasa yang beredar di sekitar 150 negara di dunia.

Yang menarik dalam  buku ini adalah cerita-ceritanya  yang menggugah tentang kehidupan, dan salah satunya berjudul Genghis Khan dan Burung Rajawalinya. Berkisah tentang seorang pejuang mongol yang bernama Genghis Khan yang pergi berburu bersama para pengiringnya. Para pengiringnya membawah busur dan anak panah, tetapi Genghis Khan membawa burung rajawali kesayangannya yang bertengger dilengannya, burung ini lebih dasyat daripada anak panah manapun. Sebab dia bisa terbang ke awan-awan dan melihat semua yang tak bisa dilihat mata manusia. Tapi hari itu mereka tak memperoleh hasil apapun. Agar para pengikutnya tidak menjadi sasaran pelampiasan kekesalannya, maka Genghis khan pergi meninggalkan perkemahan seorang diri dengan menunggangi seekor kuda. Dia berkuda cukup lama dihutan sehingga merasa letih dan haus ditengah hawa terik musim panas. 

Tak lama kemudian dia melihat ada air menetes-netes dari bebatuan karang persis dihadapannya. Diapun melepas burung rajawali kesayangan dari pundaknya dan mengeluarkan cangkir perak yang selalu dibawanya kemana ia pergi. Lalu tak lama kemudian cangkir perak telah terisi penuh dengan air tetesan tersebut dan bergegaslah ia mendekatkan cangkir itu ke bibirnya. Tiba-tiba sang burung rajawali kesayangannya terbang mendekat dan mematuk cangkir itu dari kedua tangannya dan membuangnya ketanah.Genghis Khan merasa murka, tetapi burung rajawali itu adalah kesayangannya, dan barangkali burung itupun merasa haus. Genghis Khan kembali mengambil cangkir tersebut dan dibersihkannya dari tanah, dan diisinya lagi dengan air. Ketika air masih setengah kosong, si burung rajawali lagi-lagi menyerang dan menumpahkan airnya. Genghis Khan sangat menyayangi burungnya itu, tetapi dia tahu bahwa dalam situasi apapun dia tidak boleh membiarkan perilaku tidak hormat semacam itu. 

Maka kali ini Genghis Khan menghunus pedangnya, dan mengambil cangkir itu dan mengisinya kembali. Satu matanya tertuju pada air yang menetes dan satunya lagi pada si burung rajawali. Setelah cangkirnya terisi penuh dengan air dan siap untuk meminumnya, si burung rajawali lagi-lagi melesat terbang ke arahnya. Dengan satu tusukan, pedang Genghis menancap di dada burung itu. Air sudah tidak menetes lagi, tapi Genghis Khan bertekat untuk memuaskan dahaganya dan ia pun mendaki bebatuan karang itu untuk mencari mata air. Betapa kagetnya dia ketika melihat bahwa memang benar ada genangan air disana dan ditengah-tengahnya tergeletak bangkai salah seekor ular paling berbisa di daerah tersebut. Seandainya tadi air itu diminumnya, dia pasti sudah mati. 

Genghis Khan kembali ke perkemahan dengan burung rajawali yang sudah mati itu dalam pelukannya. Dia memerintahkan supaya dibuatkan patung emas burung itu , dan disalah satu sayapnya dia mengukir kata-kata berikut ini :

  Saat seorang sahabat melakukan hal yang tidak berkenan dihatimu sekalipun dia tetaplah sahabatmu.

 dan pada sayap yang satunya lagi ,dia mengukir kata-kata berikut ini : 
 Tindakan apapun yang dilakukan dalam angkara murka hanya akan membuahkan kegagalan.

Itulah sepenggal cerita dari penulis favorit saya, semoga ada banyak pelajaran yang dapat diambil darinya, sekian.

Rabu, 11 April 2012

Distorsi Ekspresi

Anak-anak kelas gw
Sekarang anak-anak kelas gw udah ngga' asyik, ngga' seperti dulu kita sama-sama bareng. Satu persatu udah sibuk sama kegiatannya masing-masing yang entahlah sesibuk apa. Kebersamaan itu udah bener-bener jauh kayak sinar yang semakin jauh semakin redup dan pada akhirnya cahayanya berganti sama yang namanya gelap. Sulit membayangkan perubahan yang terjadi pada anak-anak, satu persatu kayak mendapatkan dunianya sendiri atau kebersamaan kita selama 22 Bulan terakhir ini hanya sebuah rel kereta api yang harus dilalui oleh lokomotif untuk sampai pada tujuannya. Mungkin juga beda adalah hal lain penyebab hal itu terjadi. Ketika seseorang mendapatkan perbedaan dengan orang lain, dia akan berusaha diam dan perlahan menjauh. Hanya sedikit dari mereka yang mengerti bahwa kebersamaan ini harus tetap hidup dan kalau boleh gw ngitung ngga lebih dari tangan sebelah gw.

Ngga' tahu kenapa kalau kebersamaan ini penting buat gw atau memang karena gw ngga' punya siapa-siapa disini selain mereka. Gw cuma terlalu merasa beda dengan keadaan ini, tidak sama seperti pada awal-awal kebersamaan ini dimulai atau gw yang mungkin salah mengartikan kebersamaan itu seperti apa!! Gw butuh jawaban atas kekeliruan ini, munkin mereka bisa membaginya untukku biar saya bisa lebih tenang.

Anak-anak mungkin tidak bisa disalahkan sepenuhnya oleh keadaan ini, bisa jadi ini cuma perasaan seorang galauers yang minim sosial, terbelakang, dan emosional. Gw lagi mikir mungkin ini adalah penyakit psikologi jenis baru yang belum pernah ada penelitiannya. Berawal dari seseorang yang mempunyai satu komunitas sosial dan ketika dia merasa paham yang dibawanya tidak dapat diterima oleh komunitas tersebut, ia merasa asing, berbeda, minder dan pada akhirnya menjadi individualisme yang saya menyebutnya sendiri sebagai "Distorsi Ekspresi"(berat amat omongannya!! kayak tau aja tentang psikologi). Agak ngaur kayaknya tapi dalam banget, gw aja ampe bingung itu kata-katanya gw dapat dari mana atau kesurupan hantu psikolog!!.

Daripada bicaranya tambah ngawur plus tugas gw dari dosen blum ada satupun yang kelar, mendingan gw hentikan omongan ngga' jelas ini sekarang. So gw kabbuuurrrrrrrrrrrrrrrrrr..............!!!!